Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pilar Dasar Statistika

Apa itu statistika? Bagaimana syarat data yang benar sehingga menghasilkan kesimpulan yang tepat? Pertanyaan ini sudah sering kali ditanya. Namun, kerap orang akan gagal paham mengartikan statistika jika tidak tahu dari awal sebagai pilarnya.

 

Sebenarnya banyak yang harus kita ketahui dari statistika. Apa kamu membayangkan statistika itu merupakan angka-angka saja? atau statistika itu hanya untuk mereka yang pandai matematika? apa gunanya data-data itu, toh "pengalaman ke lapangan" merupakan guru yang terbaik sehingga lebih gampang mengambil kesimpulan.

Well, sebenarnya antara satu dan yang lainnya (diatas) itu tidak ada kaitannya. Statistika jangan sekali-kali hanya diartikan sebagai kumpulan angka-angka, atau hanya bilangan yang tidak memiliki arti. Bukan seperti itu.

Dasar Statistika

Statistika sebenarnya sudah ada dari zaman "nenek moyang" terdahulu. Statistika menurut berbagai sumber (dan yang tercatat), mulai digunakan di zaman Mesopotamia (Babilonia), yakni Mesir dan Cina. Kalau dipikir-pikir, ya untuk apa zaman doeloe menggunakan statistika? Kan bisa merintah-merintah doang oleh sang raja.

Well, pada masa itu sebenarnya mereka mengumpulkan data untuk kepentingan negaranya (bahasa inggrisnya state). Misalnya untuk memperoleh informasi tentang besaran pajak yang wajib dibayar oleh setiap penduduk, perhitungan produksi hasil pertanian, dan lain sebagainya.

Menariknya, statistika itu bukan cuman kumpulan angka-angka. Kalau diibaratkan, angka-angka itu seperti bumbu dapur, sayuran, ikan, daging. Bahan-bahan tersebut kalau ingin disajikan, mesti kita masak terlebih dahulu. Kalau kamu ingin masak rendang daging misalnya, kamu mesti butuh daging sapi, santan kelapa, dan bumbu-bumbu khususnya, lalu dimasak dalam waktu yang cukup sehingga menghasilkan rendang yang lamak rasonyo.

Statistika itu juga sama halnya demikian. Kita “memasak” angka-angka itu agar menjadi suatu informasi yang bisa dijadikan interpretasi, baik dalam bentuk tabel maupun visual (tergantung selera si pengolah datanya) dan ditarik kesimpulan. Kalau angka-angka tersebut masih belum diolah, maka angka itu masih berbentuk data.

Data-data itu dalam ilmu statistika dibagi menjadi dua, yaitu deskriptif dan inferensial. Mana yang lebih baik? Keduanya sama menariknya. Statistik deskriptif itu bertujuan untuk memberikan suatu gambaran atau generalisasi. Misalnya kamu ingin melihat informasi sebaran kasus COVID-19 di berbagai daerah di Indonesia. Disana kamu akan melihat mana yang perkembangannya sangat cepat, dan mana yang sudah menurun.

Statistika inferensial bertujuan untuk menarik kesimpulan dari suatu dugaan (hipotesis). Misalnya, apakah iklim mempengaruhi laju penularan COVID-19 atau tidak. Oleh karena itu dibutuhkan data berupa klimatologi dan jumlah kasus (kasus baru dan kasus sembuh). Setelah dianalisis, kesimpulannya hanya satu: iklim mempengaruhi laju penularan COVID-19 ATAU iklim ternyata tidak ada pengaruhnya terhadap laju penularan COVID-19 di suatu negara.

Data-data tersebut mesti diperoleh dari sumber yang tepat dan percaya. Maksudnya datanya harus obyektif, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (bukan dari gosip dengan pembukaan: eh, denger-denger si A begini ya… yaudah sih, kalau nggak percaya), representatif, dan relevan.

Relevan? Maksudnya?

Maksudnya data itu harus data yang sesuai dengan masalah terkini yang akan diberikan suatu solusi. Masalah dari tahun kemarin dengan tahun sekarang belum tentu sama. Kalau masih sama gimana dong? Malah lebih bagus untuk diteliti agar segera mungkin dicarikan solusinya.

Kesimpulannya, statistika itu bukan hanya kumpulan angka-angka yang tidak bermakna. Data akan menjadi sangat berguna apabila diolah menjadi informasi yang solutif, baik deskriptif maupun inferensial.

Bagi kamu yang menginginkan intisari materi ini: KLIK DISINI

Kalau kamu mau traktir kopi atau mendukung website ini boleh KLIK DISINI

Posting Komentar untuk "Pilar Dasar Statistika"